Fenomena Terompet Sangkala Menurut Ilmiah Dan Alqur'an
Mahessa83-Fenomena suara dari langit yang terjadi beberapa hari yang lalu diluar negeri kini menjadi topik yang hangat di beberapa media masa dibeberapa negara.
Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahwa suara terompet dari langit itu bukan sangkala melainkan fenomena alam biasa untuk bumi. Bunyi tersebut memang datang dari gerakan planet dan bintang. Bahkan suara terompet dari langit tersebut bisa didengarkan setiap hari seperti dilansir dari situs Tech in Times.
Istilah ini dinamakan the Hum, Fenomena ini terdengar pertama kali olen para ilmuwan NASA sejaka tahun 1970-an.
The Hum merupakan bunyi dengungan alam semesta dengan frekuensi rendah dan ini bisa didengarkan oleh penduduk disebagian wilayah bumi.
Suara ini mempunyai frekuensi sekitar 10hz sementara batas pendengaran kita yakni 20hz. Dibeberapa tempat bunyi ini bisa lebih keras.
Awal mula pertama kali bunyi fenomena ini terdengar di kota Taos, New Mexico, Amerika Serikat. Itu sebabnya bunyi ini disebut Taos Hum.
Apa sebenaranya Terompet Sangkala itu?
Menurut Alqur;an dijelaskan pada surat An-Naba ayat 17-20 yang berbunyi:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا
17. Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,
يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا
18. yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
18. yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
وَفُتِحَتِ السَّمَآءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا
19. dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
19. dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا
20. dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
20. dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
Hari Keputusan
"Sesungguhnya Hari Keputusan itu adalah satu waktu yang telah ditetapkan ", (ayat 17). Hari Keputusan itu adalah Hari Kiamat, dan waktunya telah ditentukan dengan ketentuan Allah SWT, tidak dikurangi dan tidak ditambah dan tidak pula ada yang mengetahui bila hal itu akan terjadi selain dari Allah SWT. (Yaitu) Hari yang akan ditiup padanya Serunai Sangkala", Bertemulah beberapa ayat di dalam Al-Qur’an tentang serunai sangkakala, atau terompet atau nafiri atau apa yang dinamai tetuang
yang bila ditiup akan kedengaran melengking keras suaranya. Serunai
itulah pemberitahuan bahwa Hari Keputusan itu telah mulai datang: “Maka
akan datanglah kamu berduyun-duyun.” (ujung ayat 18). Dengan demikian
jelaslah bahwa tiupan serunai pertama itu adalah panggilan untuk
berkumpul, sehingga datanglah manusia berduyun-duyun, rombongan demi
rombongan.
Tentang tiupan serunai sangkakala itu Syaikh Muhammad Abduh menulis
“Tiupan dalam tafsirnya: Tiupan pada serunai tersebut adalah suatu
ibarat bagaimana Allah membangunkan manusia daripada mautnya di hari
kiamat itu kelak, yang dapat diambil perumpamaan yang cepat ialah tiupan
bunyi terompet, sebagaimana tersebut pada ayat 68 Surat 39, Az-Zumar,
demi mendengar bunyi terompet itu mereka pun bangunlah lalu memandang ke
sana ke mari dalam kehidupan yang baru. Dan kita pun wajiblah percaya
bahwa meniup serunai itu memang akan kejadian, dengan tidak perlu kita
kaji pula bagaimana cara penghembusan atau peniupan itu dan apa
barangnya.”
Datanglah manusia berduyun-duyun berbondong-bondong ke tempat
berkumpul yang dinamai mahsyar itu, tempat memperhitungkan amal dan
usaha semasa hidup.
Keadaan pada waktu peniupan serunai sangkakala itu sudah lain:
“Dan akan dibukakan langit, maka jadilah dia beberapa pintu.” (ayat 19).
Dalam keadaan ilmu manusia yang seperti sekarang ini belumlah kita
dapat mengetahui bagaimana keadaan langit yang akan terbuka itu. Sebab
yang kita lihat pada langit di malam hari hanyalah bintang-bintang yang
berserak-serak berjuta-juta banyaknya. Yang kita tahu langit yang
kadang-kadang kita namai ruang angkasa itu amat luas atau tinggi, tidak
ada batasnya. Kononnya, bila manusia berangkat dari titik tempat
tegaknya sekarang ini, (misalnya di rumah saya di Kebayoran), lalu
berangkat secepat cahaya mengedari “kolong” langit ini, 12 juta tahun
baru sampai kembali ke tempat tegak semula tadi.
Apakah ini yang bernama langit pertama? Dan apakah ini yang akan
terbuka lalu terjadi beberapa pintu? Ataukah bintang-bintang yang banyak
itu gugur dan terkisar dari tempat jalannya semula, sehingga langit
ketirisan? Atau bolong? Sehingga hilanglah daya tarik yang menimbulkan
keseimbangan dalam perjalanan alam ini? Lalu semua jadi kucar-kacir dan
hancur luluh? Wallahu A’lam.
Yang sudah terang, kalau langit sudah dibuka dan beberapa pintu sudah
terjadi, maka perjalanan falak sudah berobah sama sekali, dan tentu
itulah yang bernama permulaan kiamat.
“Dan akan dihapuskan gunung-gunung, maka jadilah dia sarab belaka.” (ayat 20).
Tadi pada ayat 7 sudah dijelaskan bahwa gunung-gunung itu dijadikan
oleh Allah menjadi pasak bumi, atau tiang-tiang peneguh, pemantap,
sehingga manusia dapat hidup dengan tenteram. Kalau gunung-gunung tidak
ada, bahaya besarlah yang akan menimpa. Manusia tidak akan dapat hidup
di muka bumi lagi. Sebab tidak ada lagi yang akan mendinding angin
berhembus keras. Ingat sajalah betapa kerasnya angin di laut ketika kita
berlayar. Sebab tidak ada yang menghambat angin itu. Dan gunung-gunung
di tanah yang subur dapat menahan erosi, yaitu mengalirnya bunga tanah
di bawah hujan sehingga tanah menjadi kering. Maka diterangkanlah dalam
ayat 20 ini, bahwasanya setelah serunai sangkakala itu ditiup,
gunung-gunung pun menjadi hapus. Lantaran itu maka muka bumi menjadi
rata, tak bergunung-gunung lagi. Sudah pasti manusia tidak dapat hidup
lagi dalam bumi yang tidak bergunung! Yang ada hanyalah padang belantara
belaka. Yang kelihatan oleh mata tidak gunung lagi, melainkan sarab
yang disebut orang dalam bahasa asing fatamorgana, yaitu bayang-bayang
dari panas yang sangat teriknya, menyerupai air yang sedang tergenang
dan sangat jernih. Sehingga apabila kita haus, kita menyangka sesampai
kita di tempat itu kita akan bertemu air. Padahal setelah datang ke
sana, setetes air pun tidak akan ditemui. Itulah sarab. Dan
itulah yang telah diperumpamakan Allah atas orang-orang yang haus akan
kebahagiaan jiwa, padahal tidak menurut tuntunan yang diberikan Allah,
berjalan tengah kehausan di padang pasir, sebagai tersebut di dalam
Surat 24 An-Nur, ayat 39.
Maka pada waktu itu langit tempat bernaung telah tembus dan
berlobang-lobang menjadi banyak pintu. Gunung-gunung tempat berlindung
dari dahsyatnya angin telah rata dengan tanah, sehingga pengharapan
sudah menjadi fatamorgana belaka; disangka air, rupanya hanya pasir!
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.