Sukhoi Su-57

Pesawat Tempur Generasi Kelima Terbaru Rusia

Paus Biru

Mahluk Paling Besar Di Bumi

Lukisan Gua Kalimantan

Sebuah lukisan hewan berusia 40.000 tahun bergambar binatang buas misterius seperti sapi liar yang ditemukan di Gua Kalimantan, Indonesia

Kampung Wisata Tegallalang. Ubud, Pulau Bali

Menjelajahi Ubud - Kota Terindah di Dunia

The Vow

Film Romantis Terbaik Berdasarkan Kisah Nyata

ARKEOLOGI TEMUKAN KUIL MEGALITIKUS BERUSIA 3.000 TAHUN DI PERU

MahessaBlog | Para arkeolog telah berhasil menemukan sebuah kuil megalitikus berusia 3.000 tahun di Peru. Kuil berupa Kultur Air kuno ini mungkin telah digunakan untuk ritual kesuburan seperti yang kami lansir dari laman LiveScience.com.

KUIL MEGALITIKUS KULTUR AIR KUNO
Para arkeolog menemukan sebuah kuil megalitikus berusia 3.000 tahundi Peru.
Sumber gambar : @Museo Tumbas Reales de Sipan.

Kuil Megalitikus ini ditemukan oleh para arkeolog di situs Huaca El Toro. Terletak di Oyotum modern di Lembah Zana di barat laut Peru. Kuil ini merupakan candi megalitik pertama atau yang terbuat dari batu-batu besar yang ditemukan di lembah ini yang terletak diantara dua sungai yang bergabung bersama yang memunculkan Sungai Zana.


Kultus Air Kuno, memungkinkan para anggotanya menyembah air, kemungkinan membangun kuil saat air sungai baru naik sebagai semacam "simbolisme teritorial", kata Edgar Bracamonte, seorang arkeolog dari Museum Makam Kerajaan Sipan di Peru yang ikut serta dalam penggalian. "Air adalah elemen terpenting dalam hidup, dan saat ini, air sangat sulit diakses tanpa teknologi,".

Kuil Megalitikus ini diangun sejak 3.000 tahun yang lalu hingga periode Formatif, sebuah tahapan sejaraj Amerika Kuno yang mendahului pekerjaan hidrolik utama, kata Bracamonte. Lokasi kuil antara sungai dan keberadaan "pocitos" di sekitarnya atau sumur kecil yang dahulu digunakan untuk meramalkan musim hujan, menunjukkan pentingnya air bagi orang-orang dari periode Formatif.


Kuil Megalitikus ini dibangun menggunakan berbagai ukuran batu besar, batu-batu berukir yang dipindahkan ke daerah tersebut dari pegunungan sekitar berjarak sekitar 3 kilometer. Kuil itu diperkirakan telah ditinggalkan sekitar tahun 250 SM dan kemudian digunakan sebagai tanah pemakaman oleh orang-orang Churry sekitar 1.300 tahun yang lalu.

Selain menemukan Kuil Megalitikus Kultur Air Kuno, Di situs tersebut tim arkeolog juga menemukan 20 makam milik orang Churry dan satu pria dewasa yang dimakamkan pada masa periode Formatif.Selama periode itu, mayat diorentasikan dari timur ke barat dan dikuburkan dengan satu persembahan. Laki-laki dewasa ini dimakamkan dengan botol keramik yang memiliki dua moncong dan gagang jembatan, karateristik gaya dari periode Formatif Akhir, kata Bracamonte.

Penggalian juga mengungkapkan bahwa kuil megalitikus ini dihuni dalam tiga tahap, yang pertama antara 1.500 SM - 800 SM, ketika orang membangun pondasi bangunan dari tanah liat berbentuk kerucut. Yang kedua antara 800 SM - 400 SM, ketika Kuil Megalitikum dibangun dengan pengaruh dari peradaban pra-inca yang dikenal sebagai Chavin. Dan yang ketiga antara 400 SM - 100 SM, ketika orang menambahkan kolam bundar yang digunakan untuk menahan atap kuil. 


Penggalian ini berlangsung antara bulan September - November tahun ini, tetapi para peneliti terus menganalisis temuan-temuan baru mereka di labolatorium.


Editor : Rey Mahessa
Sumber : LiveScience.com

          
Views
Share:

ARKEOLOGI BINGUNG SAAT TEMUKAN 2 BAYI DIKUBUR MENGENAKAN HELM

MahessaBlog | Arkeologi dibuat bingung saat menemukan 2 kuburan bayi berusia 2.100 tahun yang lalu mengenakan helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak lain disebuah situs bernama Salango di pantai Ekuador tengah. 

BAYI DIKUBUR MENGENAKAN HELM
Bayi-bayi dimakamkan dengan mengenakan helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak.
gambar: @Sara Juengst.

Tim arkeologi mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya kasus yang diketahui bahwa tengkorak anak-anak digunakan untuk helm untuk bayi yang dikuburkan. Para ilmuwan tidak tahu apa yang membuat bayi dan anak-anak disini terbunuh.


Mengenakan Helm

Para arkeolog menemukan helm ditempatkan erat-erat di atas kepala bayi yang kemungkinannya milik tengkorak anak-anak yang lebih tua yang masih memiliki daging ketika itu dan akan berubah menjadi helm karena tanpa daging helm tengkorak ini tidak bisa disatukan. "Wajah seorang bayi melihat keluar masuk ruang tengkorak," tulis para arkeologi.

Menariknya "Phalanx Tangan" sejenis tulang, ditemukan terjepit diantara kepala bayi dan helm. Mereka tidak tahu siapa pemilik phalanx itu. kata Sara Juengst, seorang profesor antropologi di University of North Carolina, Charlotte.

Helm Tulang Bayi

Para arkeolog tidak yakin mengapa helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak diletakkan di atas kepala bayi? Ini "merupakan upaya untuk memastikan perlindungan jiwa-jiwa, tulis para arkeologi. Selain itu di dekat bayi, para arkeologi juga menemukan patung-patung leluhur yang terbuat dari batu. Temuan ini mendukung gagasan perlindungan si bayi, karena kehadiran mereka menunjukkan kepedulian untuk melindungi dan memberdayakan lebih lanjut para kepala bayi.


Menurut para arkeologi, temuan bayi dikubur mengenakan helm ini adalah bagian dari upacara ritual yang lebih besar dan kompleks terhadap konsekuensi lingkungan dari letusan gunung berapi yang terjadi pada saat itu yang menutupi are abu tidak lama sebelum bayi dikuburkan. Letusan gunung ini mungkin juga telah mempengaruhi produksi makanan, dan tulang yang baru ditemukan menunjukkan bayi dan anak-anak menderita kekurangan gizi, tulis para arkeologi. Namun diperlukan lebih banyak bukti lagi untuk mengkonfirmasi tentang penemuan ini.


Editor: Rey Mahessa
Sumber: LiveScience.com

  

 
Views
Share:

ARKEOLOG TEMUKAN TEROWONGAN BERUKIRAN PRA-HISPANIK ABAD KE-17 DI MEKSIKO

MahessaBlog | Para arkeolog baru-baru ini telah berhasil menemukan terowongan berukiran pra-hispanik abad ke-17 di kota Ecatepec, Meksiko. Terowongan yang baru ditemukan ini mungkin berfungsi sebagai sebagai bagian dari pintu ait untuk tanggul untuk dilalui air yang masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi lainnya yang diciptakan untuk mengendalikan banjir konstan yang telah merusak tanah.

TEROWONGAN BERUKIRAN PRA-HISPANIK ABAD KE-17

Pada ukiran yang menghiasi ujung timur terowongan sepanjang 27,6 kaki (8,4 meter) mencakup 11 gambar pra-hispanik atau gambar yang berasal dari penduduk asli Amerika yang hidup di wilayah tersebut sebelum tahun 1521 ketika ditaklukkan oleh Spanyol. Ukiran ini dibentuk oleh esta ke dalam batu yang disebut "petroglyphs" dan relief plesteran. Relief dibuat dengan memahat gambar dan kemudian melukisnya dengan batu kapur.


Pada ukirannya meliputi "chimalli" atau tameng perang, titik batu api, dan kepala burung pemangsa, sedangkan relief plesterannya menyerupai tetesan air hujan.

Simbil hujan ditemukan di bagian atas batu kunci, batu atas yang menyatukan lengkungan dan juga di ujung timur terowongan tempat air keluar. simbol-simbol ini bisa mewakili hubungan dengan Tlaloc, Dewa Hujan Azrec, seperti yang kami lansir dari laman LiveSince.com.

Sementara bagian bawah batu kunci di ukir dengan gambar candi. Sedangkan di sisi barat, dimana air pernah memasuki terowongan, para peneliti menemukan satu petroglyph lagi yang saat ini sedang dipelajari. Selain itu mereka juga menemukan empat paku besi dan dua balok kayu sepanjang 21 kaki (6,5 meter).

Menurut pernyataan dari Institute Nasional Antropologi dan Sejarah (INAH) Meksiko, Tanggul yang baru ditemukan ini sekarang dikenal sebagai Albarradon de Ecatepec ini berjarak sekitar 4 kilometer dari Mexico City dibangun pada tahun 1605 untuk mengendalikan air yang memasuki kota Texcoco dari Danau Xaltocan dan Danau Zumpango yang berada di dekatnya.   

Karena Mexico City berada di sebuah baskom dimana air tidak memiliki saluran keluar, kota ini selalu menghadapi banjir setiap tahunnya sejak zaman kuno. Tanggul ini telah berdiri kokoh selama dua dekade sampai air bah besar yang terjadi pada tahun 1629 menguasai kota selama sekitar 5 tahun sampai air benar-benar surut. Kolonial membatalkan pintu air pada saat itu dengan menutupnya dengan jutaan batu dan abu dan kemudian memerintahkan pembangunan dua pintu air lainnya.

Tiga ribu pekerja dari penduduk asli diperkirakan telah membangun tanggul ini dibawah pengawasan para biarawan Spanyol Jeronimo de Aguilar dan Juan de Torquemada. Sementara ukiran pra-hispanik yang baru ditemukan dan relief plesteran menunjukkan adanya pengaruh dari penduduk asli. Beberapa teknik kontruksi seperti lengkungan terowongan, lebih mirip pada metode Eropa.


Satu hipotesis adalah bahwa mesin terbang dan plesteran di terowongan berasal dari orang-orang di desa-desa Ecatepec dan Chiconautla pra-Hispanik yang bekerja dengan orang-orang pribumi lain di wilayah itu untuk membuat tanggul selama sekitar 8 bulan pengerjaannya.

INAH bersama dengan pemerintah Meksiko mulai menyelamatkan dan meningkatkan tanggul pada tahun 2004. Bagian dari area tersebut sekarang telah direnovasi dan berubah menjadi taman yang akan dibuka untuk umum dalam beberapa minggu kedepan. Dan menurut sebuah pernyataan, Stuccos, petroglyph, paku dan kayu balok asli akan dipindahkan ke Pusat Komunitas Casa Morelos dan replika benda tersebut akan menggantikannya di tempat artefak tersebut ditemukan. 


Editor : Rey Mahessa
Sumber: LiveScience.com

    
Views
Share:

Blog Archive

Bookmarking

Ikuti Facebook