MahessaBlog | Arkeologi dibuat bingung saat menemukan 2 kuburan bayi berusia 2.100 tahun yang lalu mengenakan helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak lain disebuah situs bernama Salango di pantai Ekuador tengah.
Bayi-bayi dimakamkan dengan mengenakan helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak.
gambar: @Sara Juengst.
Tim arkeologi mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya kasus yang diketahui bahwa tengkorak anak-anak digunakan untuk helm untuk bayi yang dikuburkan. Para ilmuwan tidak tahu apa yang membuat bayi dan anak-anak disini terbunuh.
Mengenakan Helm
Para arkeolog menemukan helm ditempatkan erat-erat di atas kepala bayi yang kemungkinannya milik tengkorak anak-anak yang lebih tua yang masih memiliki daging ketika itu dan akan berubah menjadi helm karena tanpa daging helm tengkorak ini tidak bisa disatukan. "Wajah seorang bayi melihat keluar masuk ruang tengkorak," tulis para arkeologi.
Menariknya "Phalanx Tangan" sejenis tulang, ditemukan terjepit diantara kepala bayi dan helm. Mereka tidak tahu siapa pemilik phalanx itu. kata Sara Juengst, seorang profesor antropologi di University of North Carolina, Charlotte.
Helm Tulang Bayi
Para arkeolog tidak yakin mengapa helm yang terbuat dari tengkorak anak-anak diletakkan di atas kepala bayi? Ini "merupakan upaya untuk memastikan perlindungan jiwa-jiwa, tulis para arkeologi. Selain itu di dekat bayi, para arkeologi juga menemukan patung-patung leluhur yang terbuat dari batu. Temuan ini mendukung gagasan perlindungan si bayi, karena kehadiran mereka menunjukkan kepedulian untuk melindungi dan memberdayakan lebih lanjut para kepala bayi.
Baca Juga : Ritual Pemakaman Aneh Tana Toraja
Menurut para arkeologi, temuan bayi dikubur mengenakan helm ini adalah bagian dari upacara ritual yang lebih besar dan kompleks terhadap konsekuensi lingkungan dari letusan gunung berapi yang terjadi pada saat itu yang menutupi are abu tidak lama sebelum bayi dikuburkan. Letusan gunung ini mungkin juga telah mempengaruhi produksi makanan, dan tulang yang baru ditemukan menunjukkan bayi dan anak-anak menderita kekurangan gizi, tulis para arkeologi. Namun diperlukan lebih banyak bukti lagi untuk mengkonfirmasi tentang penemuan ini.
Editor: Rey Mahessa
Sumber: LiveScience.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.