11 HEWAN PALING LANGKA DI INDONESIA

11 Hewan Paling Langka Di Indonesia


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Mahessa83 - Hewan langka merupakan spesies yang memiliki resiko akan punah. Baik punah di alam liar (extinct in the wild) ataupun sepenuhnya punah (extinct). Hewan-hewan ini dinyatakan langka berdasarkan rasio jumlah spesies (populasi) dan berdasarkan daerah pesebaran (habitat).

Hewan ini menjadi langka dan terancam kepunahan akibat perubahan kondisi alam, hewan pemangsa dan juga akibat pemburuan secara liar yang dilakukan oleh manusia.

Berikut 11 Hewan Paling Langka Di Indonesia berdasarkan jumlah spesies (populasi) dan status konservasi yang diberikan oleh IUCN Redlist sebagai critically endangered (krisis).

1. Badak Jawa


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Badak Jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.

2. Badak Sumatera


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan salah satu dari lima spesies badak. Badak ini adalah badak terkecil, memiliki tinggi sekitar 120–145 sentimeter, dengan panjang sekitar 250 sentimeter dan berat 500–800 kilogram. Seperti spesies badak di Afrika, badak ini memiliki dua cula. Badak Sumatra terdapat di Taman Nasional Kerinci Seblat (Bengkulu). Bahkan menurut International Rhino Foundation (Virginia) diperkirakan populasi Badak Sumatera tidak mencapai dari 200 ekor (2010).

3. Macan Tutul Jawa


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) atau Macan Kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Macan tutul ini memiliki dua variasi warna kulit yaitu berwarna terang (oranye) dan hitam (macan kumbang). Macan tutul jawa adalah satwa indentitas Provinsi Jawa Barat.

Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa. Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini.

Sebagian besar populasi macan tutul dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, meskipun di semua taman nasional di Jawa dilaporkan pernah ditemukan hewan ini, mulai dari Ujung Kulon hingga Baluran. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, penangkapan liar, serta daerah dan populasi dimana hewan ini ditemukan sangat terbatas, macan tutul jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999.

4. Rusa Bawean


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah sejenis rusa yang saat ini hanya ditemukan di Pulau Bawean di tengah Laut Jawa, Secara administratif pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai "terancam punah" oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas. Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau aktif mencari makan di malam hari.

Tinggi rusa bawean jantan dilaporkan sekitar 60-70 cm. Panjang ekor 20 cm. Panjang dari kepala dan tubuh 140 cm. Bobot dewasa 50-60 kg. Rusa ini berwarna coklat. Pejantannya memiliki tanduk bercabang tiga yang dapat tumbuh sepanjang 25-47 cm. Tanduk ini dipergunakan pejantan untuk memenangkan betina di musim kawin.

5. Harimau Sumatera


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.

6. Beruk Mentawai


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Beruk Mentawai (Macaca pagensis) merupakan salah-satu monyet endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera. Hewan endemik ber-ordo primata yang oleh masyarakat setempat disebut bokoi ini populasinya semakin terancam sehingga oleh IUCN Redlist dikategorikan sebagai satwa berstatus Critically Endangered, tingkatan terakhir sebelum punah.

Beruk mentawai (bokoi) mempunyai panjang tubuh antara 45-55 (jantan) dan 40-45 (betina) dengan panjang ekor mencapai antara 10-16 cm. Berat Macaca pagensis antara 6-9 kg untuk jantan dan hanya 4,5-6 kg untuk beruk betina.

Habitatnya yang hanya tersebar di 3 pulau di kepulauan Mentawai (Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan), perburuan, serta deforestasi hutan dan pertambahan penduduk di pulau-pulau tersebut membuat populasi monyet asli mentawai ini semakin terdesak dan terancam kepunahan. Populasinya hanya tersisa sekitar 2.100-3.700 ekor (Paciulli 2004). Padahal pada tahun 1980-an populasinya masih tercatat sebanyak 15.000 ekor (Whittaker 2006).

Lantaran itu, IUCN Redlist kemudian memasukkan beruk mentawai (Macaca pagensis) dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) sejak tahun 2000. Dengan status ini, beruk mentawai (bokoi) menjadi salah satu dari 11 mamalia Indonesia yang berstatus kritis selain harimau sumatera, macan tutul jawa, badak jawa, dan Kera hitam sulawesi (Macaca nigra).

7. Orangutan Sumatera


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Mereka lebih kecil daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.

Orangutan Sumatra endemik dari pulau Sumatra dan hidupnya terbatas di bagian utara pulau itu. Di alam, orangutan Sumatra bertahan di provinsi Aceh (NAD), ujung paling utara Sumatra. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan Padang. Ada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba. Survei di danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung Leuser. Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.

Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.

8. Simpei Mentawai


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Simpei Mentawai (Simias concolor) dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama pig-tailed langur. Primata ini adalah satwa endemik Kepulauan Mentawai, dan tidak dapat ditemukan di tempat lain.

Di Siberut dan Simasepsep di bagian selatan Pulau Sipura, Pagai Utara, dan Pagai Selatan, primata ini dikenal dengan nama Simakobou. Pulau Pagai Utara dan Selatan ini merupakan daerah penyebaran utama primata ini.

Simpei Mentawai merupakan jenis kera yang memiliki lengan yang panjang. Lengan panjangnya ini sangat membantunya dalam hal memanjat. Panjang tubuh simpei mentawai yang sudah dewasa sekitar 50 cm dengan berat badan mencapai 7 kg.

Simpei Mentawai berbulu hitam-cokelat, dan memiliki wajah yang tidak diselimuti bulu yang juga berwarna hitam. Mereka memiliki hidung pesek yang mendongak ke atas. Primata ini merupakan satu-satunya jenis kera yang berada pada subfamily Colobinae yang memiliki ekor pendek. Panjang ekornya ini hanya sekitar 15 cm.

Simpei Mentawai termasuk binatang yang menghabiskan banyak waktunya di atas pohon (arboreal). Mereka hidup dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3 hingga 8 ekor. Dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari satu jantan, satu atau lebih betina, dan anak-anak mereka.

Makanan utama simpei mentawai adalah dedaunan, tetapi mereka memakan buah-buahan juga. Untuk masalah reproduksinya, belum banyak yang dapat diketahui. 

Saat ini Simpei Mentawai termasuk dalam 25 spesies primata di dunia yang paling terancam punah.

9. Kanguru Pohon Mantel Emas


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Kanguru Pohon Mantel Emas (Dendrolagus pulcherrimus) adalah sejenis kanguru-pohon yang hanya ditemukan di hutan pegunungan pulau Papua. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.

Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru-pohon Hias. Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.

Kanguru-pohon Mantel-emas ditemukan pada tahun 1990 oleh Pavel German di Gunung Sapau, Pegunungan Torricelli di Papua New Guinea. Populasi lainnya ditemukan di daerah terpencil di Pegunungan Foja, provinsi Papua, Indonesia pada bulan Desember 2005. Spesies ini merupakan jenis mamalia besar baru untuk Indonesia.

Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling terancam kepunahan di antara semua kanguru-pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya.

10 Kanguru Pohon Mbaiso


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia
Kanguru Pohon Mbaiso (Dendrolagus mbaiso) merupakan satwa endemik papua, tepatnya di Taman Nasional Lorenzt. Hewan ini termasuk dalam famili Macropopidae dan masuk dalam daftar hewan langka (endangered) menurut IUCN. Secara fisik, kanguru pohon ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh kanguru australia. Kanguru ini memiliki bulu hitam dengan kombinasi putih di bagain dadanya. Satwa ini merupakan spesies sub-alpin, yaitu berada di  daerah pegunungan bawah dengan ketinggian 2700-3500 m dpl dan vegetasi hutan basah serta memiliki banyak kanopi dengan ketinggian mencapai 10-15 m.

Kelestarian hewan ini semakin mengkhawatirkan dikarenakan populasinya yang semakin menurun hingga 50% selama lebih dari 3 dekade ini dikarenakan peningkatan aktifitas manusia seperti berburu dan bercocok-tanam.  Di wilayah barat, keberadaan hewan ini terlindungi adanya tradisi masyarakat lokal untuk menjaga kelestariannya, namun di wilayah timur, populasinya terancam dikarenakan peningkatan populasi manusia dan rusaknya habitat hidup kanguru pohon.


11. Monyet Hitam Sulawesi


11, Hewan, Paling, Langka, Di, Indonesia

Yaki atau Monyet wolai atau Monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) adalah satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya.Yaki merupakan jenis monyet makaka terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Cirinya yang khas dari yaki adalah warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki rambut berbentuk jambul di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.
Populasi yaki terancam punah dikarenakan penebangan hutan dan perburuan yang leluasa. Masyarakat sering memburu yaki untuk diambil dagingnya. Permintaan daging yaki semakin meningkat ketika menjelang Natal dan Tahun baru. Hingga kini populasi yaki diperkirakan hanya tersisa 3.000 ekor yang ada di Hutan Tangkoko, Sulawesi Utara.
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999. 
Mari kita lestarikan keaneka-ragaman hayati di negara kita. Diawali dengan menjadi lebih peka terhadap keberadaan spesies endemik Indonesia dan melestarikannya dengan cara tidak merusak alam, namun berusaha membuat keseimbangan hidup dengan alam. 



Sumber: Dinas Kehutanan Gunung Mas.

    
  
Views
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.

Note: only a member of this blog may post a comment.

Blog Archive

Bookmarking

Ikuti Facebook