7 Kekayaan Papua Barat Yang Tak Ternilai Harganya
- Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2007 tertanggal 18 April 2007 nama propinsi ini yang sebelumnya bernama Irian Jaya diubah menjadi Papua Barat yang terletak di bagian barat Pulau Papua dengan Ibukota Manokwari dengan memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan disekelilingnya. Disebelah utara propinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, Bagian barat berbatasan dengan propinsi Maluku, Bagian timur dibatasi dengan Teluk Cendrawasih dan bagian selatan dibatasi dengan Laut Seram serta sebelah tenggara dibatasi oleh Propinsi Papua.
Propinsi ini mempunyai potensi yang sangat luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisatanya. Mutiara dan lumput laut banyak dihasilkan di Raja Ampat sedangkan kain tenun tradisional yang disebut Kain Timor dihasilkan dari Kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di Kabupaten Fak-fak serta beragam potensi lainnya.
Selain itu Wisata Alam Papua Barat menjadi andalan seperti Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Kepulauan Raja Ampat yang sangat menakjubkan bak surga, Taman Nasional Lorenz yang merupakan taman terluas di Asia Tenggara, Keampuhan Buah Merah sebagai pengobatan, Aneka satwa yang sangat menakjubkan seperti Burung Cendrawasih serta Teluk Triton tempatnya Hiu Paus berada.
Disamping itu baru-baru ini ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh Tim Ekspedisi speologi Perancis dikawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan memiliki kedalaman sekitar 2000 meter serta kawasan pegunungan Papua Barat yang masih menyimpan banyak misteri yang belum banyak terungkap.
Berikut Tujuh Kekayaan Alam Papua Barat Yang Tak Ternilai Harganya yang perlu kita lestarikan bersama.
1. Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan
keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi
anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan
Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari
10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin
juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah
air pada saat ini.
Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya,
dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak
di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut
Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya,
mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang
keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan
karang, 700 jenis moluska,
dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini
menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun
tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang
sebanyak ini.
Ada beberapa kawasan terumbu karang
yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang
hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan
Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan
Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah
terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan
juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di
kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan
hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri,
karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan
terkena sinar matahari langsung.
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta.
Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan
gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa
menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti
ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika
menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh
ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers.
Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda,
walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika
kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering
terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam
memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti
di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian
besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang.
Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil
mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil
menerobos kumpulan ikan.
Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap
tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan
ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam
gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun
dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari
kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya
memiliki tingkat ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari
kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya
adalah karena aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan
seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).
Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat,
usaha-usaha konservasi sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga
internasional yang konsen terhadap kelestarian sumber daya alam Raja
Ampat, yaitu CI (Conservation International)
dan TNC (The Nature Conservancy). Pemerintah sendiri telah menetapkan
laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti
Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan
sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993,
luas wilayah ini mencapai 60.000 hektare.
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk
menjadi kawasan konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut
Pulau Misool Selatan, laut Pulau Kofiau, laut Pulau Asia, laut Pulau
Sayang dan laut Pulau Ayau.
2. Taman Nasional Lorenz
Taman Nasional Lorenz adalah sebuah Taman Nasional yang terletak di propinsi Papua, Indonesia. Dengan luas wilayah sebesar 2,4 juta Ha, Lorenz merupakan sebuah taman terbesar di Asia Tenggara.
Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi dan banyak terdapat tanaman asli, hewan dan budaya. Pada tahun 1999 Taman Nasional Lorenz diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Wilayahnya juga terdapat persediaan mineral dan operasi pertambangan berskala besar juga aktif disekitar Taman Nasional ini. Ada juga Proyek Konservasi Taman Nasional Lorenz yang terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi komunal dan ekologi warisan yang berada disekitar Taman Nasional Lorenz ini.
Dari tahun 2003 hingga kini, WWF-Indonesia Region Sahul Papua sedang melakukan pemetaan wilayah adat dan Kawasan Taman Nasional Lorenz. Tahun 2003-2006, WWF telah melakukan pemetaan Wilayah Taman Nasional Lorenz yang berada di Distrik (Kecamatan) Kurima Kabupaten Yahukimo dan pada tahun 2006-2007 pemetaan dilakukan di Distrik Sawaerma Kabupaten Asmat.
Nama Taman Nasional ini diambil dari seorang penjelajah asal negeri Belanda Hendrikus Albertus Lorenz yang melewati daerah tersebut pada tahun 1909 yang merupakan ekspedisinya yang ke-10 di Taman Nasional ini.
Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti Salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura. Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan Vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, Dataran Rendah, dan lahan basah.
Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Baliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata.
Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz
sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada di Papua) dan 123
jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini
ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.
Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan
ditunjang keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan
kebudayaan tersebut berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Suku Amungme, Suku Sempan dan Suku Asmat.
Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan
belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.
Suku Asmat
terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya,
suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon
dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan
buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para
arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati
pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain.
Lorentz ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997,
sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat
terbatas, dan belum semua obyek dan daya tarik wisata alam di taman
nasional ini telah diidentifikasi dan dikembangkan.
Sebanyak 34 tipe vegetasi diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai,
hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan
datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan,
padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa
fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii,
Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea
coadunata. Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional
Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada di
Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman
nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis
dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung
madu, dan 20 jenis endemik diantaranya cendrawasih ekor panjang
(Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang
(Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus),
4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan taman nasional
perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir
pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan
perairan lautan (89,8%).
Taman nasional ini terletak di Teluk Cenderawasih, provinsi Papua Barat. Taman Nasional Teluk Cenderawasih meliputi pulau Mioswaar, Nusrowi, Roon, Rumberpon dan Yoop.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih merupakan perwakilan ekosistem terumbu
karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua.
Potensi karang Taman Nasional Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis
dari 15 famili, dan tersebar di tepian 18 pulau besar dan kecil.
Persentase penutupan karang hidup bervariasi antara 30,40% sampai dengan
65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu karang terbagi menjadi dua zona
yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona lereng terumbu (reef
slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain koloni karang
biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.), famili
Faviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih terkenal kaya akan jenis ikan.
Tercatat kurang lebih 209 jenis ikan penghuni kawasan ini diantaranya
butterflyfish, angelfish, damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan
anemonefish.
Jenis moluska antara lain keong cowries (Cypraea spp.), keong strombidae (Lambis spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet
(Charonia tritonis), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Duyung (Dugong dugon), paus biru (Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Terdapat goa alam yang merupakan peninggalan zaman purba, sumber air
panas yang mengandung belerang tanpa kadar garam di Pulau Misowaar, goa
dalam air dengan kedalaman 100 feet di Tanjung Mangguar. Sejumlah
peninggalan dari abad 18 masih bisa dijumpai pada beberapa tempat
seperti di Wendesi, Wasior, dan Yomber. Umat Kristiani banyak yang
berkunjung ke gereja di desa Yende (Pulau Roon), hanya untuk melihat
kitab suci terbitan tahun 1898.
- Pulau Rumberpon
Lokasi Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisata bahari,
menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat tempur Jepang yang jatuh di
laut.
- Pulau Nusrowi
Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.
- Pulau Mioswaar
Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling, pengamatan satwa dan wisata budaya.
- Pulau Yoop dan perairan Wondesi
Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-lumba.
- Pulau Roon
Tempat Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun, wisata budaya, dan gereja tua.
4. Salju Abadi Di Puncak Jayawijaya
Sejarah terbentuknya Pegunungan Jayawijaya
Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Pegunungan Jayawijaya adalah deretan
pegunungan yang terbentang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua
(Indonesia) hingga Papua New Guinea di Pulau Irian. Ada 6 puncak di
pegunungan Jayawijaya: Puncak Jaya (dahulu Puncak Carstenz Pyramide),
Puncak Meren, Puncak Northwall, Puncak Ngga Pulu, Puncak Sudirman, dan
Puncak Trikora. Puncak dengan salju abadi hanya ada di empat puncak
pertama. Tapi sayang salju abadi ini mulai meleleh karena perubahan
iklim global.
Dari antara 6 puncak di pegunungan ini, Puncak Jaya adalah puncak tertinggi dengan 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bahkan puncak pegunungan Jayawijaya disebut sebagai salah satu dari tujuh puncak benua tersebut. Tapi tahukah kamu kalau yang disebut puncak benua itu dulunya dasar lautan? Buktinya berbagai fosil kerang laut ditemukan di daerah puncak gunung. Jadi yang bermimpi ke puncak-puncak pegungungan Jayawijaya bukan hanya para pendaki tapi juga peneliti geologi dunia.
Rupanya 60 juta tahun yang lalu Pulau Papua masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen.
Singkat cerita dalam waktu berjuta-juta tahun terjadi berbagai aktivitas
tektonik dan pengendapan yang menghasilkan daratan Papua yang masih
menyatu dengan Australia. Lambat laun daratan ini terpecah-pecah dan
menghasilkan pulau dan pegunungan di Papua seperti yang kita kenal
sekarang.
Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali dan masih banyak yang belum pernah mendaki puncak tertinggi di Indonesia ini. Jadi kamu pilih yang mana? Jadi pendaki ulung atau peneliti bebatuan ternama? Dua-duanya bisa dilakukan di Pegunungan Jayawijaya.
Bagi pendaki gunung, mendaki jajaran Pegunungan Jayawijaya adalah sebuah impian.Betapa tidak, pada salah satu puncak
pegunungan itu terdapat titik tertinggi di Indonesia, yakni Carstensz Pyramide dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut
(mdpl).Jangan heran jika pendaki gunung papan atas kelas dunia selalu
berlomba untuk mendaki salah satu titik yang masuk dalam deretan tujuh
puncak benua tersebut. Apalagi dengan keberadaan salju abadi yang selalu
menyelimuti puncak itu, membuat hasrat kian menggebu untuk
menggapainya.
Tetapi, siapa yang menyangka jika puncak bersalju itu dahulunya adalah bagian dari dasar lautan yang sangat dalam!.Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia.
Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.
Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru.
Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di daerah tropis
5. Burung Cendrawasih
Burung Cenderawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia
timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan
pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang
tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung Cenderawasih
mulai dari Cenderawasih raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cenderawasih paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cenderawasih manukod jambul-bergulung
pada 430 gram.
Burung Cenderawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, Cenderawasih kuning-besar, Paradisaea apoda.
Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari
ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan
membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak
diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung
ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena
bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea
adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan
keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain
seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir
selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur.
6. Buah Merah
Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua buah ini disebut Kuansu dengan nama ilmiah Pandanus Conoideus karena Buah Merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan. Dengan pohon menyerupai pandan dengan tinggi tanaman yang dapat mencapai 16 meter dengan tinggi batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 meter yang diperkokoh akar-akar tunjang pada batang sebelah bawah.
Kultivar
buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah. Buah Merah
sendiri panjang buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3
kg. Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya
ada jenis tanaman ini yang berbuah berwarna coklat dan coklat
kekuningan.
Bagi masyarakat di Wamena, Buah Merah disajikan untuk makanan pada pesta adat bakar batu, Namun banyak juga yang memanfaatkannya sebagai obat tradisional. Buah Merah sejak zaman dahulu secara turun temurun sudah dikosumsi karena berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti mencegah penyakit mata, cacingan, kulit serta dapat meningkatkan stamina.
Penelitian tentang khasiat Buah Merah pertama kali dilakukan oleh Drs. I Made Budi M.S seorang dosen dan ahli gizi di Universitas Cendrawasih (UNCEN) yaitu sempat mengamati secara seksama kebiasaan masyarakat tradisional di Wamena, Timika dan desa-desa kawasan Pegunungan Jayawijaya yang mengkonsumsi Buah Merah.
Pengamatan terhadap masyarakat lokal berbadan lebih kekar dan berstamina tinggi, Padahal hidup sehari-hari secara asli tradisioanl yang serba terbatas dan terbuka dalam berbusana dalam kondisi alam yang keras serta kadang-kadang bercuaca cukup dingin di ketinggian pegunungan. Keistimewaan fisik lainnya yakni jarang terkena penyeakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, kanker dan lain-lain.
Pada penelitian lebih lanjut Buah Merah banyak mengandung Antioksidan (kandungan rata-rata) :
- Karoten (12.000 ppm)
- Betakaroten (700 ppm)
- Tokoferol (11.000 ppm)
Disamping beberapa zat lain yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. antara lain asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, omega 3 dan omega 9 yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh.
Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi.
Ini meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan memperbanyak aktivitas
sel T Helpers dan limposit. Suatu kutipan studi membuktikan konsumsi
betakaroten 30-60 mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh dapat
memperbanyak sel-sel alami pembasmi penyakit. Bertambahnya sel-sel alami
itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan
radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.
Dalam beberapa penelitian terbatas yang dilakukan I Made Budi dengan metode pengobatan langsung dengan Sari Buah Merah, peneliti mengungkapkan keberhasilan yang amat tinggi dalam upaya pengobatan yang dilaksanakan terhadap beberapa penyakit.
Dalam beberapa penelitian terbatas yang dilakukan I Made Budi dengan metode pengobatan langsung dengan Sari Buah Merah, peneliti mengungkapkan keberhasilan yang amat tinggi dalam upaya pengobatan yang dilaksanakan terhadap beberapa penyakit.
7. Teluk Triton
Teluk Triton terletak di Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Daerah ini dikenal dengan keindahan bawah air yang dikenal sebagai surga bawah laut dan warisan budaya.
Dikawasan ini terdapat 959 jenis ikan karang dan 471 jenis karang dimana 16 dari mereka adalah spesies baru. Keindahan karang lunak adalah pemandangan bawah air alami di Teluk Triton. Serta dengan mudah menemukan Bryde's Paus mencari makan.
Melihat gambar kuno dari zaman pra-sejarah disisi dinding gunung sepanjang 1 Km di Maimai, Bryde's Paus di Lobo, dan menyelam atau snoorkeling didekat Temintoi, Selat Iris masih dalam kawasan Teluk Triton adalah SURGA untuk menggambarkan keistimewaan keindahan Teluk Triton di Distrik Kaimana, Papua Barat.
Bagi para pecinta traveling, Teluk Triton bak surga yang menawarkan kesempurnaan. Tak tanggung-tanggung disini anda akan dimanjakan degan berbagai pengalaman yang berbeda.
Menurut data Conservation International (CI) Indonesia pada tahun 2006, Perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru) dan 28 jenis udang mantis.
Nah itulah 7 Kekayaan Alam Papua Barat Yang Tak Ternilai Harganya. Semoga menjadikana Tanah Papua Barat menjadikan Surga Di Negerinya sendiri.
Views
Nah itulah 7 Kekayaan Alam Papua Barat Yang Tak Ternilai Harganya. Semoga menjadikana Tanah Papua Barat menjadikan Surga Di Negerinya sendiri.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.