Inilah 8 Istana Termegah Di Indonesia
- Istana adalah sebuah bangunan besar atau mewah yang biasanya di diami oleh keluarga kerajaan, keluarga kepala negara atau petinggi lainnya. Kata Istana kadang-kadang juga dipakai untuk merujuk kepada gedung besar yang merupakan pusat suatu lembaga.
Berikut ini mari kita simak 8 Istana Termegah Di Indonesia yang masih tersisa dan dapat dinikmati kemegahan arsitekturnya serta sejarahnya.
1. Istana Maimun
Istana Maimun adalah istana yang terletak di kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, kota Medan, Sumatera Utara.
Istana yang dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888 seluas 2.772 meter persegi itu yang terdiri dari 30 ruangan itu di arsiteki oleh orang Italia.
Saat ini Istana Maimun menjadi tempat tujuan wisata, bukan hanya usianya yang tua tetapi juga desainnya yang unik. Mewariskan unsur-unsur warisan kebudayaan melayu dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia.
2. Istana Siak Sri Inderapura
Istana Siak Sri Inderapura merupakan kediaman resmi sultan Siak yang dibangun pada tahun 1889 pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Kini istana yang dijuluki "Istana Matahari Timur" masuk wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak, propinsi Riau.
3. Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring adalah istana yang terletak di desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Tampaksiring yang berasal dari bahasa Bali yaitu "tampak" dan "siring" yang masing-masing bermakna Telapak dan Miring.
Konon menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usaha Bali, nama itu berasal dari telapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja yang sangat sakti mandradiguna ini mempunyai sifat angkara murka. Ia menganggap dirinya adalah dewa dan menyuruh rakyatnya untuk menyembah kepadanya. Akibat dari tabiatnya, maka Dewa Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa kalah dan masuk hutan. Agar pengejarnya kehilangan jejak, maka ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap para pengejarnya tidak dapat menemukan jejak kakinya.
4. Istana Malige
Istana Malige atau Istana Kamali adalah istana Sultan Buton yang terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara. Istana ini didirikan saling terkait tanpa tali pengikat ataupun paku. Berdiri dengan kokoh dan megah diatas sandi yang menjadi landasan dasarnya.
Rumah adat Buton merupakan bangunan diatas tiang dan seluruh bahannya terbuat dari kayu. Bangunan yang terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai diatasnyasedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga.
Seluruh bangunannya tanpa memakai paku dalam pembuatanya. Melainkan melainkan menggunakan pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar kebelakang sampai dengan delapan deret. Hingga jumlah seluruhnya mencapai 40 buah tiang.
5. Istano Basa
Istana Basa atau yang lebih dikenal dengan nama Istana Pagaruyung adalah sebuah istana yang terletak di Tanjung Emas, kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Istana Basa yang berdiri sekarang sebenarnya merupakan replika dari yang asli. Istano Baso asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis pada kerusuhan berdarah pada tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali, namun terbakar pada tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istana Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu Harun Zein. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lamatetapi di lokasi baru disebelah selatannya. Pada akhir tahun 1970-an istana ini sudah bisa dikunjungi untuk umum.
6. Istana Alwatzikoebillah
Istana Alwatzikoebillah merupakan istana Kesultanan Sambas yang menjadi pusat pemerintahan di Sambas, Kalimantan Barat hingga berakhirnya kekuasaan Kesultanan.
Pada awalnya Sambas merupakan Kerajaan Hindu. Hingga akhirnya berubah menjadi Kerajaan Islam dengan nama Kesultanan Sambas. Raden Sulaiman (anak dari Sultan Tengah, Anak Sultan Brunai) meruapakan Sultan Sambas Pertama.
Sebelum hijrah ke Lubuk Madung (lokasi istana), Raden Sulaiman bertempat
tinggal di Kota Lama (pusat Kerajaan Sambas) bersama istrinya Mas Ayu
Bungsu (putri Ratu Sepudak, penguasa Kerajaan Sambas). Setelah difitnah,
ia pun memboyong keluarganya ke Kota Bangun, tempat dimana dulu ia
menetap di Sambas sebelum ia menikah dengan Mas Ayu Bungsu.
Setelah berhasil membangun Kota Bangun, bahkan lebih maju dari Kota Lama, Raden Sulaiman memutuskan pindah ke Lubuk Madung. Lubuk Madung merupakan pertemuan tigas sungai, yaitu Sungai Subah, Sungai Sambas Kecil, dan Sungai Teberau.Kemudian, di lokasi tersebutlah didirikan Istana Kesultanan yang hingga sekarang dikenal dengan nama Istana Alwatzikoebillah.
Namun, Istana Alwatzikhoebillah yang terlihat sekarang ini, baru dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931-1943), sultan ke-15 Kesultanan Sambas. Pembangunan istana tersebut relatif singkat, yaitu dari tahun 1933 sampai tahun 1935. Konon, biayanya yang mencapai 65.000 gulden itu merupakan pinjaman dari Kesultanan Kutai Kartanegara.
7. Istana Luwu
Istana Luwu adalah istana yang terletak di kota Palopo, Sulawesi Selatan. Di bangun oleh pemerintahan kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an diatas tanah bekas "saoraja" (istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah) yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.
Istana Luwu dibangun dengan arsitek Gaya Eropa oleh Pemerintahan Kolonial Belanda yang dimaksudkan untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu tetapi oleh kebanyakan Bangsawan Luwu dianggap sebagai cara untuk menghilangkan jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai kerajaan yang di hormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di jazirah tanah Sulawesi secara khusus dan Nusantara secara umum.
Istana Luwu menjadi Pusat Pengendalian wilayah Kesultanan Luwu yang luas oleh Penguasa Kerajaan yang bergelar Datu atau Pajung (di Kerajaan Luwu terdapat 2 strata Penguasa/Raja yaitu Datu kemudian ditingkat yang lebih tinggi Pajung).
Di dekat Istana Luwu juga terdapat Masjid Jami yang usianya sangat tua dan keseluruhan dindingnya terbuat dari batu yang disusun.
8. Istano Silinduang Bulan
Istano Silinduang Bulan merupakan istana yang terletak di nagari Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Nama Silinduang Bulan adalah nama yang diberikan kepada Istana Raja
Pagaruyung setelah dipindahkan dari Ulak Tanjuang Bungo ke Balai Janggo
pada tahun 1550 oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Gamuyang Sultan Bakilap Alam (Sultan Alif Kalifatullah Johan Berdaulat Fil’Alam I), Raja Alam
sekaligus pemegang jabatan Raja Adat dan Raja Ibadat Pagaruyung. Tahun
ini sebagai penanda awal diberlakukannya secara resmi hukum syariat
Islam di seluruh kerajaan Pagaruyung menggantikan hukum-hukum yang
bersumber dari agama Buddha Tantrayana.
Kemudian Istano Silinduang Bulan dibangun kembali pada tahun 1750,
karena bangunan lama telah tua dan mulai runtuh. Pada tahun 1821, istana
ini terbakar dalam kecamuk Perang Paderi.
Pada tahun 1869, Istano Silinduang Bulan dibangun lagi oleh Yang
Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu, kemenakan dari Sultan Tangkal Syariful
Alam Bagagar Syah Yang Dipertuan Hitam, serta putri dari Yang Dipertuan
Gadih Reno Sori dengan Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang
(pemegang jabatan Raja Adat, Raja Ibadat, dan Raja Alam). Pada tanggal 3
Agustus 1961 Istano Silinduang Bulan terbakar lagi.
Istana yang ada sekarang didirikan kembali di tapak Istana yang
terbakar pada tahun 1961. Pembangunannya dimulai pada tahun 1987 dan
diresmikan pada tahun 1989. Diprakarsai oleh Sutan Usman Yang Dipertuan Tuanku Tuo Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung, Tan Sri
Raja Khalid bin Raja Harun, Raja Syahmenan bin Raja Harun, Aminuzal Amin Datuk Raja Batuah, Basa Ampek Balai, ninik mamak nagari Pagaruyung, anak cucu keturunan dari Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dalam kaitannya sebagai sapiah balahan, kuduang karatan. Kemudian didorong sepenuhnya oleh Azwar Anas, Gubenur Sumatera Barat. Namun pada tanggal 21 Maret 2010, istana ini kembali terbakar. Dan kini sedang dilakukan renovasi kembali.
Nah itulah 8 Istana Termegah Di Indonesia yang masih kita bisa lihat dan saksikan keberadaannya. Semoga artikel ini menambah wawasan kita semua.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.