Rambut Dapat Mengungkap Makanan Mumi Di Amerika Selatan
- Sebuah penelitian baru menemukan rambut panjang mumi berusia 2000 tahun yang dihiasi oleh bordir dari kain membantu para peneliti untuk menentukan apa yang orang-orang kuno makan dalam beberapa minggu dan bulan sebelum kematian mereka.
Para peneliti menemukan pada sebuah analisis kimia dari rambut mumi tersebut menunjukkan bahwa orang-orang kuno yang pernah tinggal di pantai selatan Peru, kemungkinan telah memakan jagung, kacang-kacangan dan tumbuhan laut serta hewan.
"Kita bisa menggunakan rambut untuk melihat makanan yang mereka makan dengan cara yang sederhana tentang apa yang kita makan," ujar Kelly Knudson, seorang profesor Antropologi di Pusat Penelitian Bioarchaeological di Arizona State University.
Arkeolog Peru, Julio Tello menemukan mumi ini pada tahun 1925 di situs Paracas Necropolis di Wari Kayan, daerah pemakaman yang terletak di selatan Peru. Di tempat tersebut para arkeolog juga banyak menemukan tekstile yang indah yang terbuat dari benang wol, katun dan tanaman yang dikuburkan bersama-sama dengan mumi.
"Tekstil-tekstil ini telah banyak di kirim ke museum-museum di seluruh dunia," kata Knudson seperti yang dilansir dari LiveScience.
Penelitian Rambut
Knudson dan rekan-rekannya yang meniliti rambut mumi untuk mengungkapkan tentang makanan kuno Wari Kayan. Para peneliti mendapat sampel rambut dari 14 orang yang terkubur di Paracas Necropolis dan dua artefak yang terbuat dari rambut manusia dari museum di Peru dan Amerika Serikat.
"Dengan melihat rambut yang ada pada mumi kami mampu melihat apa yang mereka makan dalam beberapa minggu atau bulan sebelum mereka meninggal," kata Knudson.
Selain itu, sekitar 45% karbon dan 14% Nitrogen pada rambut dapat dianalisis dengan isotop yang berbeda (variasi dari elemen) karbon dan nitrogen dalam rambut para peneliti bisa menentukan jenis makanan apa yang mumi makan.
"Isotop nitrogen benar-benar baik untuk melihat konsumsi makanan laut," kata Knudson. Yang menarik bagi kami, orang-orang yang tinggal dipantai Peru merupakan salah satu tempat perikanan terkaya di dunia. Tetapi para peneliti belum mengetahui seberapa banyak makanan laut yang mereka konsumsi.
Pola kandungan nitrogen membantu para peneliti menyimpulkan makanan yang mereka makan. Hewan yang tinggi nilainya cenderung memiliki nilai isotop yang tinggi pula. Dengan nilai-nilai isotop Nitrogen dalam makanan dan air laut cenderung lebih tinggi dari makanan yang berasal dari daratan.
Rambut pada mumi-mumi ini sangat tinggi nilai isotop nitrogennya, hal ini menunjukan bahwa mereka lebih sering mengkonsumsi hewan-hewan atau tumbuhan di laut daripada di daratan.
Para peneliti juga melihat jenis dan jumlah isotop karbon. Cara bahwa tanaman berfotosintetis dari enegi matahari menentukan apakah mereka membuat karbon 3 (C3), atau karbon 4 (C4) . Kebanyakan tanaman seperti kacang-kacangan dan buah-buahan menghasilkan C3 sementara jumlah yang lebih kecil seperti jagung menghasilkan C4.
Para peneliti menyimpulkan bahwa mumi memakan makanan campuran antara C3 dan C4.
Jagung merupakan makanan pokok di pegunungan Andes dan juga dijadikan produk untuk ritual," kata Knudson.
Para peneliti juga bermaksud untuk bekerjasama dengan arkeolog lain untuk mempelajari lebih lanjut tentang apa yang mereka minum dengan melihat zat kimia yang ada pada rambut dan artefak lainnya yang terkubur bersama-sama mumi. Seperti artefak mug yang digunakan untuk meminum bir yang terbuat dari jagung.
Analisis rambut juga menunjukkan bahwa orang makan makanan yang sama dalam beberapa minggu dan bulan sebelum kematian mereka. Bukti terbaru menunjukkan budaya Paracas mungkin juga tinggal jauh
dari pantai di Pegunungan Andes, kata Emily Webb, seorang ilmuwan
arkeologi geokimia organik di University of Bristol di Inggris, yang
tidak terlibat dalam penelitian ini.
Para peneliti bertanya-tanya apakah orang-orang ini melakukan perjalanan bolak-balik dari pantai ke dataran tinggi, kata Webb. Tapi karena mumi 'kimia rambut tidak berbeda banyak dari waktu ke
waktu, mungkin mereka juga tidak melakukan perjalanan jauh, atau jika
mereka melakukannya, mereka membawa makanan dari pantai dengan mereka ke
dataran tinggi, kata para peneliti.Penelitian ini juga menyoroti betapa pentingnya untuk menjaga koleksi museum, kata para peneliti."Koleksi museum tua merupakan sumber daya yang luar biasa untuk bioarchaeologists dan ilmuwan arkeologi," kata Webb. "Penelitian ini adalah contoh yang sangat baik bagaimana bioarchaeological modern dan metode ilmiah dapat diterapkan untuk
koleksi-koleksi berharga untuk menjelaskan tentang hal-hal baru yang penting di masa
lalu."
Sumber: LiveScience
Sumber: LiveScience
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.