Puasa Hingga Mati Kelaparan dalam Ritual Budaya Santhara
mahessa83- Beberapa agama dan budaya di dunia ini memang mengharuskan ummatnya untuk menjalankan puasa yang intinya adalah untuk mensucikan diri. Namun ada juga beberapa budaya melakukan ritual puasa dengan sangat ekstrim. Bahkan banyak orang yang menjalankan puasa tersebut meninggal dunia akibat kelaparan.
Ibadah puasa yang ekstrim ini merupakan bagian dari Aliran Jainisme, yaitu salah satu aliran tertua di dunia. Ummat dalam aliran ini disebut Santhara dan mereka benar-benar mengosongkan perutnya hingga mati kelaparan. Konon ritual ini adalah sebagai usaha untuk membersihkan diri dari karma buruk dan mencapai Moksha (pembebasan dari siklus duniawi = kematian dan reikarnasi).
Seperti yang di lansir Time of India, Ratusan penganut Jainisme setiap tahunnya melakukan sumpah dalam ritual tersebut. Sebagian mereka adalah rahib dan sebagian lagi adalah orang biasa.
Kebanyakan dari mereka yang melakukan ritual ini adalah wanita dibandingkan dengan prianya karena kaum wanita memiliki keinginan yang lebih besar untuk mengikuti ritual ini. Ritual ini juga banyak di ikuti oleh orang-orang yang menderita sakit atau orang-orang yang telah di vonis mati.
Saat seseorang merasa kematiannya sudah dekat, mereka meminta ijin kepada keluarga, teman atau gurunya untuk mengikuti ritual Santhara ini. Ketika semua orang telah menyetujuinya maka ia perlahan-lahan mulai melakukan ritual ini dengan tidak makan dan minum dan sejak itu pula mereka harus menahan nafsu duniawi dan mulai belajar membiasakan diri dengan dunia kematian. Jika ada diantara mereka yang tidak sanggup maka sudah dianggap mengingkari sumpahnya sendiri dan harus berhenti dari ritual puasa ini.
Rekor terlama bagi mereka yang menjalani ritual Santhara ini adalah seorang rahib Rajasthani berusia 60 tahun yang bernama Sanhvi Charan yang sanggup berpuasa selama 87 hari. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2009 silam itu dirayakan lebih dari 20.000 orang untuk melepas kepergiannya dari pusaran kematian dan kehidupan.
Santhara sendiri dijadikan sebuah peristiwa penting bagi para Jainisme. Bahkan informasi tentang detik-detik terakhir menjelang kematiannya banyak orang yang datang untuk menyaksikan kematiannya. Para penonton biasanya mengenakan pakaian putih atau terkadang telanjang dada. Ketika mereka merasa kematiannya sudah mendekat, mereka semakin gencar menyebut-nyebut nama dewa mereka.
Karena terlihat sangat ekstrem banyak orang mengatakan bahwa ini adalah ritual bunuh diri. Tetapi para jainisme membantah pernyataan tersebut. Sejumlah pihak sudah menyarankan kepada pemerintah untuk melarang ritual ini karena di anggap kejam. Namun para Jainisme mengatakan bahwa setiap orang mempunyai kebebasan dalam beragama.
Bagaimana menurut kalian?
Views
Seperti yang di lansir Time of India, Ratusan penganut Jainisme setiap tahunnya melakukan sumpah dalam ritual tersebut. Sebagian mereka adalah rahib dan sebagian lagi adalah orang biasa.
Kebanyakan dari mereka yang melakukan ritual ini adalah wanita dibandingkan dengan prianya karena kaum wanita memiliki keinginan yang lebih besar untuk mengikuti ritual ini. Ritual ini juga banyak di ikuti oleh orang-orang yang menderita sakit atau orang-orang yang telah di vonis mati.
Saat seseorang merasa kematiannya sudah dekat, mereka meminta ijin kepada keluarga, teman atau gurunya untuk mengikuti ritual Santhara ini. Ketika semua orang telah menyetujuinya maka ia perlahan-lahan mulai melakukan ritual ini dengan tidak makan dan minum dan sejak itu pula mereka harus menahan nafsu duniawi dan mulai belajar membiasakan diri dengan dunia kematian. Jika ada diantara mereka yang tidak sanggup maka sudah dianggap mengingkari sumpahnya sendiri dan harus berhenti dari ritual puasa ini.
Rekor terlama bagi mereka yang menjalani ritual Santhara ini adalah seorang rahib Rajasthani berusia 60 tahun yang bernama Sanhvi Charan yang sanggup berpuasa selama 87 hari. Peristiwa yang terjadi pada tahun 2009 silam itu dirayakan lebih dari 20.000 orang untuk melepas kepergiannya dari pusaran kematian dan kehidupan.
Santhara sendiri dijadikan sebuah peristiwa penting bagi para Jainisme. Bahkan informasi tentang detik-detik terakhir menjelang kematiannya banyak orang yang datang untuk menyaksikan kematiannya. Para penonton biasanya mengenakan pakaian putih atau terkadang telanjang dada. Ketika mereka merasa kematiannya sudah mendekat, mereka semakin gencar menyebut-nyebut nama dewa mereka.
Karena terlihat sangat ekstrem banyak orang mengatakan bahwa ini adalah ritual bunuh diri. Tetapi para jainisme membantah pernyataan tersebut. Sejumlah pihak sudah menyarankan kepada pemerintah untuk melarang ritual ini karena di anggap kejam. Namun para Jainisme mengatakan bahwa setiap orang mempunyai kebebasan dalam beragama.
Bagaimana menurut kalian?
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.