Di Indonesia, umumnya orang hanya mengenal Presiden Soekarna, Soeharto, B.J Habibie, Abdul Rahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden terpilih 2014 Joko Widodo. Padahal dalam sejarah Indonesia masih ada 2 orang lagi yang jarang sekali disebut. Yakni Syafrudin Prawiranegara dan Mr. Asaat.
Syafruddin Prawiranegara
Syafruddin Prawiranegara putra kelahiran Banten, 28 Februari 1911 adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia dan pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) ketika Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada saat Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
Dimasa kecilnya beliau akrab dipanggil "Kuding" dan dalam tubuh Syafruddin Prawiranegara mengalir darah campuran Banten dan Minang. Buyutnya, Sutan Alam Intan masih keturunan masih keturunan Raja Pagaruyung di Sumatera Barat yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Menikah dengan putri bangsawan Banten lahirlah kakeknya yang kemudian memiliki anak bernama R.Arsyad Prawiraatmadja, Dialah ayah dari Syafruddin Prawiranegara yang bekerja sebagai Jaksa. Cukup dekat dengan rakyat hingga akhirnya dibuang oleh Belanda ke Jawa Timur.
Syafruddin Prawiranegara mempunyai cita-cita yang sangat tinggi yaitu "Ingin menjadi orang besar" oleh sebab itu beliau masuk Sekolah Tinggi Hukum (Sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia) di Jakarta.
Riwayat Karier Syafruddin Prawiranegara :
- Pegawai siaran radio swasta (1939-1940)
- Petugas Departemen Keuangan Belanda (1940-1942)
- Pegawai Departemen Keuangan Jepang
- Anggota Badan Pekerja KNIP 91945)
- Wakil Menteri Keuangan/Menteri Muda Keuangan Kabinet Syahrir II 91946)
- Menteri Keuangan Kabinet Syahrir II (1946)
- Menteri Kemakmuran Kabinet Hatta (1947)
- Perdana Menteri Indonesia Kabinet Darurat (1948)
- Presiden/Ketua Pemerintah Indonesia Darurat (1948)
- Wakil Perdana Menteri (1949)
- Menteri Keuangan (1949-1950)
- Gubernur Bank Sentral/Bank Indonesia (1951)
- Anggota Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan dan Pembangunan Management/PPM (1958).
- Pimpinan Masyumi (1960)
- Anggota Pengurus Yayasan Al-Azhar/Yayasan Pesantren Islam (1978)
- Ketua Korp Mubalig Indonesia (1984).
Mr. Asaat
Mr.Asaat pria kelahiran 18 September 1904 di Dusun Pincuran Landai, Kanagarian Kubang Putih Banuhampu Agam, Sumatera Barat. Dia adalah Tokoh pejuang Indonesia yang pernah menjabat Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Desember 1949 - Agustus 1950, Anggota Parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat) dan Menteri Dalam Negeri Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951).
Mengawali pendidikan Agama di Adabiah di Padang, Kemudian melanjutkan ke MULO Padang. Dan melanjutkan Pendidikan Ke School tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Jakarta. Karena tidak cocok kemudian beliau meneruskan ke AMS (SMA). Setelah lulus AMS Beliau melanjutkan studinya ke Rechts Hoge School (Sekolah Hakim Tinggi, yang kemudiam menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia) di Jakarta.Setelah lulus beliau kemudian melanjutkan studi ke Belanda hingga mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr) atau Sarjana Hukum.
Aktivitas perjuangannya dimulai dari tahun 1946-1949 saat Beliau menjabat Ketua Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang merupalan cikal bakal Parlemen di Indonesia DPR-MPR). Lalu beliau menjadi Ketua KNIP kedua dan yang terakhir (1946-1949). Pada masa Revolusi, KNIP dan Badan Pekerja KNIP dua kali hijrah karena situasi agar Revolusi Indonesia tetap berjalan. Pada awalnya berkedudukan di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas Gedung Komedi (kini Gedung Kesenian Jakarta) di Pasar Baru dan Gedung Palang Merah Indonesia di Jalan Kramat Raya. Sekitar tahun 1945 KNIP hijrah ke Yogyakarta, lalu sempat pindah lagi ke Purworejo, Jawa Tengah. Kemudian kembali lagi ke Yogyakarta karena keadaan di Purworejo kurang aman. Pada saat itu Mr.Asaat duduk sebagai anggota sektretariatnya. Tidak lama kemudian Beliau di tunjuk sebagai Ketua BP-KNIP dan Ketua KNIP.
Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II, Mr. Asaat ditangkap oleh Belanda bersama-sama dengan Bung Karno dan Bung Hatta. serta Pemimpin Republik Indonesia lainnya yang kemudian diasingkan ke Manumbing, Pulau Bangka.
Dimasa perjuangan itu Mr.Asaat yang juga bergelar Datuk Mudo menikah dengan Roesiah dari Sungai Pua di Rumah Gadang Kapalo Koto pada 12 Juli 1949 dan dikaruniai 1 orang putra dan 1 orang putri.
Saat berlakunya Konstitusi RIS dan terbentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat) Mr.Asaat sempat menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat dari Desember 1949 - Agustus 1950 di Yogyakarta. Ketika menjadi Presiden RIS Mr.Asaat sempat menandatangani statusta pendirian Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. .
van Inlandsche Artsen
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya lalu bagaimana jika suatu bangsa melupakan jasa para pahlawannya?
Dari berbagai sumber.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.