Mengenal Kebudayaan Paling Ekstrim Di Indonesia
- Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Berikut ini Kebudayaan Indonesia Paling Ekstrim yang dapat kami rangkum supaya anda dapat mengenal Kebudayaan Indonesia secara lebih dekat.
1. Debus
- Debus merupakan kesenian yang berasal daro Propinsi Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Seperti kebal senjata tajam.
Kesenian ini berawal dari abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat Banten melawan penjajahan Belanda pada masa itu.
Kesenian Debus saat ini merupakan perpaduan kombinasi antara seni tari dan suara. Kesenian debus yang sering dipertontonkan diantaranya:
- Menusuk perut dengan senjata tajam tanpa adanya luka
- Mengiris bagian tubuh dengan senjata tajam
- Memakan api
- Menusukan jarum ke lidah, kulit pipi atau bagian lainnya sampai tembus tanpa berdarah
- Menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian terbakar namun tubuh tetap utuh.
- Menggoreng telur di atas kepala
- Membakar tubuh dengan api
- Menginjak golok tajam, paku dan benda tajam lainnya dengan kaki telanjang
2. Kuda Lumping
Sangat sulit menemukan sumber catatan sejarah yang
menjelaskan tentang asal muasal tarian ini, hanya dari cerita rakyat yang
diturunkan dari generasi ke kegenarasi.
Dalam pementasannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4
fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon
Putri.
Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan
oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari
muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada
bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan
roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak
warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari
bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan
gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang
kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang
memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju
serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan
penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung
membawakan tari senterewe.
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih
santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian
penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
3. Pasola
Pasola adalah bagian dari rangkaian upacara tradisional yang dilakukan orang Sumba penganut agama asli yang disebut Marapu. Pasola merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ritual tahunan dan diselenggarakan bersamaan dengan upacara Bau Nyale yang biasanya berlangsung pada Februari dan Maret.
Bentuknya perang-perangan dalam
Pasola dilakukan dua kelompok dengan berkuda. Setiap kelompok terdiri
lebih dari 100 pemuda bersenjatakan tombak yang dibuat dari kayu
berdiameter 1,5 cm dengan ujungtumpul. Dalam peperangan ini, peserta dan
kuda yang jatuh tidak boleh diserang namun setiap darah yang keluar
diyakini dapat menyuburkan tanah dan bermanfaat bagi panen berikutnya.
Pasola berasal dari kata sola yang berarti tombak kayu, kemudian mendapat imbuhan pa
sehingga secara harafiah menjadi permainan ketangkasan menggunakan
lembing. Selain menjadi bagian dari ritual kepercayaan agama lokal (Marapu) untuk memohon restu para Dewa agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik, Pasola juga merupakan elemen penyatu masyarakat Sumba.
4. Ujungan
Tradisi Unjungan merupakan ritual tradisional
untuk meminta hujan dengan cara bela diri adu pukul yang dilakukan oleh
sepasang laki-laki dewasa dengan menggunakan peralatan berupa sebilah
rotan sebagai alat pemukulnya. Ritual ini dipimpin oleh seorang wasit
yang biasa dikenal dengan sebutan wlandang.
Tradisi Ujungan biasanya diselenggarakan pada saat musim kemarau
panjang. Pada musim itu lah petani sangat membutuhkan air untuk mengairi
sawahnya dan juga untuk memberi minum binatang ternak mereka, seperti
sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain.
Untuk mempercepat datangnya hujan, pemain
Unjungan harus memperbanyak pukulan kepada lawannya hingga mengeluarkan
darah. Semakin banyak darah yang keluar dari tubuh pemain akibat
pukulan, maka semakin cepat pula hujan yang akan turun.
Tradisi Ujungan ini muncul sebelum Belanda
datang untuk menjajah Indonesia. Di masa itu, ritual ini dilakukan guna
meminta hujan pada Tuhan. Akan tetapi, semenjak Belanda datang, tradisi
unik ini dijadikan sebagai ajang latihan bela diri guna membina mental
dan fisik para pejuang.
Ritual ini juga menggabungkan tiga jenis
unsur seni, yaitu seni musik (sampyong), seni tari-silat (uncul), dan
seni bela diri tongkat (ujungan). Keistimewaan lain dari tradisi ini
adalah adanya sikap menjunjung tinggi nilai sportivitas, persaudaraan,
rasa nasionalisme, dan semangat patriotisme sebagai generasi penerus
bangsa.
Ritual ini terdapat di Kecamatan Somagede,
kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Untuk sampai di lokasi, Anda bisa
memulai perjalanan dari Purwokerto lalu menuju Banyumas. Perjalan
tersebut memakan waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan angkutan
umum. Setelah tiba di Banyumas, baru Anda bisa menunu lokasi
pertunjukan. Untuk bisa menyaksikan atraksi unik ini, wisatawan tidak
dipungut biaya sama sekali.
5. Upacara Adat Pukul Sapu
Setiap peserta upacara yang rutin dihelat
saban tahun ini akan mencambuk peserta lain yang berada di hadapannya
secara bergantian dengan menggunakan lidi dari pohon enau (arenga
pinnata), yang dalam bahasa Maluku disebut dengan pohon mayang. Lidi
enau yang digunakan untuk mencambuk peserta upacara memiliki panjang
1,5-2 meter dengan diameter pangkalnya mencapai 1-3 sentimeter.
Upacara adat Pukul Sapu digelar oleh
masyarakat yang bermastautin di Desa Morella dan Desa Mamala yang masuk
dalam wilayah administratif Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Baku Pukul Manyapu dan Pukul Manyapu adalah nama lain bagi upacara adat ini.
Upacara adat
yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal menurut
perhitungan kalender Hijriah/kalender Islam, atau pada hari ke tujuh
setelah Hari Raya Idul Fitri. Biasanya, peserta upacara adalah pemuda
dari dua desa adat yang bertetangga tersebut. Namun, bila ada peserta
dari daerah lain yang ingin berpartisipasi, bisa mendaftarkan diri
kepada panitia tiga hari sebelum upacara dilaksanakan. Sekalipun Pukul
Sapu adalah tradisi umat Islam Maluku, namun upacara ini
juga dihadiri dan melibatkan umat Kristen di daerah tersebut, terutama
mereka yang memiliki ikatan kekerabatan (pela) dengan masyarakat dua
desa adat ini, seperti masyarakat Desa Lateri yang memiliki ikatan
kekerabatan dengan Desa Mamala dan Desa Waai yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan Desa Morella. Bahkan, terkadang upacara yang dihelat
pada “lebaran hari ke tujuh” ini juga diikuti oleh keturunan Maluku
yang sudah menjadi warga negara Belanda.
6. Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak,
dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah
salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan
hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Itulah Kebudayaan Paling Ekstrim Di Indonesia. Semoga anda dapat mengenal dan mempelajari seni ini untuk masa-masa yang akan datang.
Dari berbagai sumber
Views
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.