SEJARAH SINGKAT ISTANA NEGARA INDONESIA

Sejarah Singkat Istana Negara Indonesia

Sejarah Singkat Istana Negara Indonesia

Mahessa83-Istana Negara adalah Pusat Pemerintahan Negara dan tempat resmi Kantor dan Kediaman Presiden Republik Indonesia yang digunakan untuk berbagai kegiatan kenegaraan. Komplek Istana Negara yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta ini juga meliputi Kantor Kepresidenan, Wisma Negara, Masjid Baitulrahim dan Museum Istana Kepresidenan.

Sejarah Istana Negara

Pada awalnya Istana Negara ini merupakan kediaman pribadi seorang warga negara Belanda yang bernama J.A Van Bram yang dibangunnya pada tahun 1796 (pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus Van Overstraten) sampai dengan tahun 1804 (pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Sieberg) namun pada tahun 8016 bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal pada Gubernur Jenderal Belanda. Sehingga istana ini di juluki "Hotel Gubernur Jenderal".

Diantara peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Istana Negara adalah tatkala Jenderal de Kock menguraikan rencananya untuk menindas Pemberontakan Pangeran Diponogoro dan merumuskan strateginya dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol kepada Gubernur Jenderal Baron van der Capellen.

Demikian pula halnya tatkala Gubernur Jenderal Johannes van de Bosch menetapkan sistem tanam paksa atau "culturalsteel".

Sejarah Singkat Istana Negara Indonesia

Pada awalnya bangunan Istana Negara merupakan bangunan bertingkat dua. Pada tahun 1848, Tingkat atasnya diruntuhkan dan bagian depannya dibuat lebih lebar untuk menampilkan wajah yang lebih resmi sesuai dengan martabat pembesar yang menghuniya. Di sebelah kiri kanan gedung utama dibangun tempat penginapan untuk para kusir atau Ajudan Gubernur Jenderal.     

Pada 1869, Gubernur Jenderal Pieter Mijer mengajukan permohonan untuk membangun sebuah “hotel“ baru di belakang “Hotel Gubernur Jenderal“ di Rijswijk. Seorang arsitek bernama Drossares dipercayakan untuk merancang gedung baru yang menghadap ke Koningsplein yang kelak bernama Istana Merdeka. Gagasan itu baru tuntas diwujudkan sepuluh tahun kemudian. Sementara itu, bangunan lama yang menghadap ke Rijswijk akhirnya diperluas.

Setelah Proklamsi Kemerdekaan, Istana Negara menjadi saksi sejarah atas penandatanganan naskah Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947. Setahun kemudian pada 13 Maret 1948, Istana Negara kembali menjadi tuan rumah untuk pertemuan emapt mata antara Wakil Presiden Muhammad Hatta dengan Letnam Gubernur Jenderal Dr. Hubertus J. Van Mook.

Fungsi Istana Negara

Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara. Istana Negara juga menjadi tempat acara-acara kenegaraan seperti pelantikan pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres yang bersifat nasional dan internasional dan tempat jamuan kenegaraan. Dan yang paling utama Istana Negara adalah sebagai kantor Presiden Republik Indonesia.

Bagian-Bagian Istana Negara

Sejarah Singkat Istana Negara Indonesia

Gaya arsitektur Palladio tampak jelas dari eksterior istana ini yang menampilkan saka-saka bercorak Yunani. Bagian depan Istana Negara menampilkan 14 saka dengan laras yang sama. Serambi di Istana Negara sedikit lebih sempit dibandingkan dengan serambi yang dimiliki Istana Merdeka. Serambi Istana Negara dicapai dari dua anak tangga di sisi kanan dan kiri, serta bagian depannya ditutup dengan pagar balustrada

Istana Negara pada dasarnya terdiri dari dua balairung besar yaitu Ruang Upacara dan Ruang Jamuan. Sesuai dengan namanya, Ruang Upacara adalah untuk tempat penyelenggaraan upacara upacara-upacara resmi kenegaraan. Di masa zaman Hindia-Belanda, Ruang Upcara dipakai sebagai Ballroom untuk pesta-pesta yang disemarakan dengan acara Dansa.

Di ruang upacara tersedia dua perangkat gamelan: Jawa dan Bali, masing-masing ditempatkan di timur dan di barat dari podium yang berada di sisi selatan Ruang Upacara. Jika upacara mengharuskan diperdengarkannya lagu kebangsaan dengan korps musik dari Pasukan Pengaman Presiden maka ditempatkan di serambi belakang yang hanya dipisahkan oleh dinding belakang podium Ruang Upacara. Auditorium ini dapat menampung seribu hadirin berdiri atau 350 hadirin duduk.

Ruang Jamuan dipakai untuk jamuan kenegaraan atau sebagai ruang tempat para tamu beramah-tamah setelah upacara selesai. Ruangan ini dapat menampung 150 orang. 

Serambi depan yang terbuka, menghadap ke Jalan Veteran, dapat dicapai dengan anak-anak tangga di kedua sisinya. Melalui pintu-pintu kaca, pengunjung akan tiba di ruang depan. Ruang depan ini dipergunakan sebagai tempat untuk tukar-menukar cenderamata antara dua Kepala Negara sebelum memasuki Ruang Jamuan. Di ruang ini terdapat tiga kandelabra besar dan sepasang cermin antik yang tingginya hampir mencapai tiga meter. 

Dari ruang depan ini terdapat sebuah koridor untuk mencapai Ruang Jamuan. Di kedua sisi koridor itu terdapat beberapa ruang khusus. Di sisi barat terdapat suite untuk Wakil Presiden dan ruang tunggu tamu Presiden. Ruang tamu Presiden ini dulunya merupakan Ruang Pusaka untuk menyimpan berbagai benda pusaka. Di ruang ini Presiden menemui tamu-tamunya. 

Ruang kerja Presiden berada di sisi timur koridor ini, diapit dengan sebuah meja kerja besar, sebuah kursi kerja untuk Presiden, dua kursi hadap, dan sebuah lemari panjang untuk menyimpan berbagai benda seni. Di belakang ruang kerja ini terdapat ruang istirahat dan ruang makan bagi Presiden.


Sumber:setneg.go.id



Views
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.

Note: only a member of this blog may post a comment.

Blog Archive

Bookmarking

Ikuti Facebook