Cara Satelit Menemukan Bangkai Kapal Yang Karam
Mahessa83 -
Menurut studi terbaru diperkirakan ada sekitar 3 juta bangkai kapal karam di lautan bebas dan seperempat diantaranya mungkin tenggelam di Atlantik Utara. Dengan teknologi canggih menggunakan satelit kapal-kapal karam ini dapat ditemukan kembali keberadaanya.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Archaelogical Science, Matthias Baeye, seorang ahli geologi kelautan di Royal Belgium Institute of Natural Sciences bersama dengan rekan-rekannya menjelaskan bahwa bangkai kapal menghasilkan Suspended Particulate Matter (SPM), Sinyal terkonsentrasi yang dapat di deteksi oleh data satelit warna laut resolusi tinggi seperti Landsat-8 NASA.
"Data Landsat ini dapat di akses secara gratis, karena itulah metode yang disajikan dalam penelitian ini merupakan alternatif murah untuk teknik akustik dan survey laser", kata Baeye.
Para peneliti memulai study mereka dengan menganalisis empat lokasi berbeda keberadaan bangkai kapal yang karam di dekat pelabuhan Zeebrugee, Belgia.
Terpisah sekitar 3 mil antara yang satu dengan yang lainnya, bangkai-bangkai kapal yang karam ini terbaring di dasar laut berpasir pada kedalaman sekitar 49 kaki di bawah permukaan laut. Keempat kapal yang ditemukan ini merupakan kapal sipil.
Dua kapal SS Sansip dan SS Sanvurn tenggelam setelah terkena ranjau selama Perang Dunia II. Sedangkan Kapal Uap Swedia Nippon bertabrakan dengan kapal lainnya pada tahun 1938. Sementara kapal SS Neutron, sebuah kapal cargo baja asal Belanda, tenggelam pada tahun 1965 setelah di duga menabrak kapal karam SS Sansip.
Dengan menggunakan model pasang surut dan satu set 21 gambar Landsat-8 NASA, Para peneliti memetakan bulu sedimen memanjang dari lokasi kecelakaan.
Mereka menemukan bahwa bulu SPM yang berasal dari kapal karam SS Sansip dan SS Samvurn yang memiliki posisi yang cukup besar dari struktur mereka yang tak terkubur. Bulu SPM mereka bisa dilacak ke hilir selama surut dan banjir pasang.
Sementara pada kapal SS Neutron dan SS Nippon tidak ada bulu SPM yang tercatat karena keduanya terkubur lebih dalam di dasar laut.
"Bulu-bulu SPM merupakan indikator bahwa bangkai kapal karam terletak di dasar laut dan tentu saja tak terkubur di dalam pasir dasar laut", kata Baeye dan rekannya.
Sampai saat ini belum dipastikan apakah batas kedalaman juga berlaku dalam metodologi deteksi bangkai kapal ini. Karena ke empat sampel kapal yang diteliti berada di lautan dangkal. Namun mengingat ada jutaan kapal yang karam di lautan lepas, memiliki satu metodologi baru untuk menemukan mereka adalah kemajuan yang signitifkan.
sumber: narionalgeographic
Views
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.