Penemuan Baru : Peradaban Di Pulau Paskah Bukan Hancur Karena Perang
Mahessa83 -
Ribuan benda kecil tajam seperti tombak yang tersebar di seluruh Pulau Paskah telah lama dianggap sebagai bukti terjadinya peperangan besar yang menyebabkan runtuhnya Peradaban Kuno di Pulau Paskah. Tetapi penyelidikan baru yang dilakukan oleh para arkeolog menyatakan bahwa benda-benda ini tidak digunakan sebagai senjata sama sekali.
Pulau Paskah adalah sebuah daratan kecil yang terletak sekitar 2.300 mil (3.700 km) dari lepas pantai Chile. Pulau vulkanik terpencil yang juga disebut sebagai Rapa Nui telah menjadi pusat perdebatan sengit paling populer antara akademis dan budaya.
Orang-orang Polinesia pertama kalinya tiba di Pulau pada abad ke-13 dan penduduk asli Rapa Nui ini dikenal karena patung-patung yang besar (Moai) yang mereka bangun di garis pantai. Lebih dari 900 patung besar di temukan di bibir pantai Pulau Paskah. Para ahli berpendapat bahwa di pulau tersebut banyak di huni puluhan ribu warga tetapi sejauh ini para ilmuwan dan sejarawan belum bisa mengetahui apa yang menyebabkan keruntuhannya.
Selama ini banyak yang menyatakan bahwa peperangan besar-besaran telah menyebabkan runtuhnya masyarakat di sana. Tetapi dalam dekade sekarang ini pemahaman tersebut telah ditentang oleh para arkeologi. Dalam penelitiannya Peradaban Kuno di Pulau Paskah musnah karena wabah penyakit dan perbudakan yang dilakukan oleh orang Eropa dalah kemungkinnya penyebab dari hilangnya Peradaban Kuno orang-orang Polinesia.
Dengan memeriksa lebih dari 400 mata senjata, mengumpulkan foto dan menganalisa bentuk mereka dengan menggunakan teknik yang dikenal dengan morfometik, Para peneliti telah menambahkan bukti baru dalam pemikiran sebelumnya.
" Mata senjata memiliki banyak bentuk yang berbeda", kata Carl Lipo, seorang antropolog dari Binghamton University di New York. " Beberapa dari mata senjata mereka memiliki bentuk bulat, persegi dan beberapa lainnya berbentuk segitiga".
Mata senjata ini bukanlah dibuat sebagai senjata yang baik. Pertama mata senjata ini tidak tajam dan tidak semua darai mata senjata ini berbentuk runcing. Bentuknya juga terlalu tebal dan asimetris untuk melakukan penusukan yang mematikan. Dari pola keausan senjata-senjata ini digunakan untuk mengiris dan memotong daripada digunakan untuk menusuk organ-organ yang vital.
Menurut para peneliti, bukti lain dari peperangan sistimetik di Pulau Misterius ini juga tidak ada seperti jejak tengkorak yang mematikan akibat perang, tengkorang yang terpotong atau adanya kuburan massal. Para ilmuwan juga tidak menemukan struktur rootlike defensif umum yang biasa ditemukan di pulau-pulau lainnya di Pasifik seperti sejarah perang di Fiji atau Selandia Baru. Pulau dengan sumber daya yang sangat terbatas ini tidak tampak pernah terjadi tindakan kekerasan yang mematikan,
Semua bukti ini menunjukkan pulau dengan populasi penduduk sekitar 3.000 orang ketika orang -orang Eropa pertama kali tiba di pulau ini pada tahun 1722 bukanlah sebuah tempat peninggalan peradaban yang jauh lebih besar. Bahkan masyarakat Rapa Nui mungkin berkembang setelah kedatangan awal orang Eropa kata Mulrooney, seorang antropolog Museum Bishop di Honululu yang mempelajari Peradaban Rapa Nui tetapi tidak ikut dalam penyelidikan baru ini.
Para peneliti mengatakan bahwa "analisa morfometri pada mata tombak memberikan dukungan lebih lanjut pada empiris untuk gagasan bahwa Rapa Nui adalah contoh keberhasilan daripada kehancuran".
Mata Tombak yang ditemukan di Pulau Paskah mungkin dibuat sebagai alat pertanian, ritual pengobatan atau pembuatan tato. Kegiatan damai sebenarnya lebih masuk akal menurut para arkeolog. Karena disebuah pulau kecil dan tersebunyi ini orang harus belajar untuk menangani masalah mereka sendiri untuk tetap bertahan hidup.
"Anda tidak akan mampu untuk menjadikan perang besar karena tidak ada cara untuk melarikan diri. dan biaya yang besar untuk peperangan dan juga peperangan akan membunuh semua orang", kata Lippo
Jika Peradaban Rapa Nui berhasil di pulau terpencil ini, Pertanyaan berikut bagi para arkeolog yang perlu dijawab adalah bagaimana orang-orang ini menciptakan masyarakatnya secara berkelanjutan, kata Lippo. Misteri selanjutnya lebih menarik sekarang. Karena sekarang para arkeolog memiliki sesuatu untuk dipelajari.
sumber:LiveScience
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.