Virus Corona mengikat sel manusia melalui protein yang biasanya dapat terdeteksi oleh tes antibodi.
MahessaBlog | Ketika Corona Virus menjadi pandemi di seluruh dunia, Para ilmuwan
mencoba untuk menemukan cara untuk mengindetifikasi manusia yang telah terinfeksi, termasuk mereka yang telah pulih dari COVID-19. Karena menurut para ilmuwan, Mereka yang telah sembuh mungkin kebal terhadap virus yang sangat mematikan ini yang secara teori dapat membantu memulai kembali aktivitasnya tanpa takut akan terinfeksi kembali.
Baca Juga : Inilah 10 Virus Paling Mematikan di Dunia
Salah satu kunci dari teka-teki ini adalah meluncurkan apa yang dikenal sebagai Tes Serologis yang mencari antibodi spesifik dalam darah seseorang. Sejauh ini, mereka telah digunakan untuk memperkirakan berapa banyak populasi telah terpapar di berbagai belahan dunia.
Tetapi apakah tes antibodi dapat benar-benar membantu mengindetifikasi siapa yang kebal terhadap SARS-CoV-2? Dari cara mereka bekerja hingga apa yang mereka katakan kepada kami, Inilah semua yang perlu Anda ketahui tentang pengujian antibodi coronavirus.
Apa Itu Tes Antibodi?
Setelah beberapa jam virus SARS-CoV-2 masuk kedalam tubuh, Sistem kekebalan melakukan serangan hingga akhirnya tubuh mulai mengirimkan molekul besar berbentuk Y yang disebut antibodi untuk melakukan pertahan tubuh terhadap virus asing yang masuk. Antibodi akan mengikat seperti kunci-kunci pada bagian tertentu dari virus.
Baca Juga : Peneliti Temukan Enam Virus Baru
Tes antibodi dirancang untuk mendeteksi molekul-molekul ini.
"Tujuan dari tes antibodi adalah, alih-alih bertanya apakah anda merasa sakit dengan COVID-19, Kami malah bisa bertanya kepada sistem kekebalan tubuh Abda jika sistem kekebalan anda telah melihat virus corona," kata Daniel Larremore, assisten profesor di Departemen Ilmu Komputer dan Institute BioFrontiers di University of Colorado Baulder, seperti yang kami lansir dari laman LiveScience.com.
Tes Antibodi biasanya dirancang untuk mendeteksi data dari dua molekul , imunoglobin G. Dalam beberapa hari hingga satu minggu kedepan, setelah patogen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan menghasilkan sejumlah kecil imunoglobin M, Kemudian beberapa hari hingga dua minggu kemudian, tubuh mengirimkan sejumlah besar imunoglobin G. Karena respon imun ini membutuhkan waktu untuk dapat muncul, tes antibodi akan negatif untuk mereka yang baru terinfeksi COVID-19. Itulah sebabnya mereka tidak digunakan untuk diagnosis.
Baca Juga : Mengenal Penemu AntiVirus Termuda Indonesia
Bagaimana cara kerja tes antibodi ?
Ada dua jenis tes antibodi yang umumnya digunakan untuk menguji SARS-Cov-2 yaitu tes lateral immuno-assay dan tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Keduanya menggunakan prinsif dasar yang sama yaitu sampel darah atau serum seseorang (bagian cairan darah) dicuci diatas permukaan yang memegang molekul-molekul yang diikat oleh antibodi. Ketika antibodi berikatan dengan molekul target, tes akan membacakan dengan reaksi kimia lain seperti perubahan warna.
"Tes lateral immuno-assay sangat mudah dijalankan dengan cepat oleh siapa saja karena pada dasarnya ini mirip dengan tes kehamilan atau dalam arti tes ini akan memberikan hasil visual dengan sangat cepat," kata Jess Bloom, seorang ahli virus di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson.
Di sisi lain, tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) harus dijalankan di laboratorium dengan menggunakan pemipaan atau plat dengan hasil yang lebih lama sekitar 2 - 3 jam.
Setiap tes antibodi mengambil bagian tertentu dari virus sebagai molekul terget mereka. Dalam kasus SARS-CoV-2, sebagian besar tes berfokus pada protein lonjakan virus yang digunakannya untuk menyerang sel. Beberapa sel mengikat wilayah S1 dari protein spike coronavirus (protein spike memiliki 2 subunit yaitu S1 dan S2), kata Jorgensen dari Statens Serum Institute di Copenhagen. Denmark. Lainnya mengikat sebagian kecil dari S1 yang disebut reseptor-binding domain (RBD) yang merupakan protein spesifik yang menempel pada reseptor ACE2 manusia untuk memasuki sel. RBD mungkin menjadi bagian paling spesifik dari antibodi untuk melawan SARS-CoV-2, karena bagian lain dari virus itu lebih mirip dengan coronavirus lainnya.
Baca Juga : Seberapa Mematikankah COVID-19 Pada Manusia
Apa yang membuat tes antibodi sangat baik?
Secara umum, Anda tentunya menginginkan tes antibodi yang sangat sensitif dan spesifik. Sensitif berarti bahwa tes tersebut mampu menangkap sebanyak mungkin orang yang benar-benar telah terinfeksi COVID-19 atau orang yang di tes positif walaupun sebenarnya orang ini tidak terpapar oleh COVID-19.
Tingkat positif palsu ini menjadi sangat penting sekarang. Karena sebagian besar orang di AS belum terpapar dengan SARS-CoV-2 tetapi sudah dinyatakan terinfeksi yang berarti positif palsu dapat secara dramatis dapat mengubah hasil orang yang terinfeksi COVID-19.
Untuk memastikan pengujian memiliki spesifisilitas dan sensitivitas yang baik, Pengujian dapat menggunakan sampel darah atau serum dari orang yang telah dikonfirmasi telah terpapar COVID-19 dengan memasikan uji tes antibodi dinyatakan positif.
Namun bagian rumit dari tes antibodi adalah bahwa kita tidak tahu apakah ini untuk kekebalan jangka panjang atau untuk jangka pendek. Beberapa orang yang telah sembuh dari infeksi COVID-19 mungkin tidak melakukan tes antibodi sama sekali. Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka telah kebal dari Virus Corona.
Sebagai contoh, Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 6 April 2020 pada database preprint medRxiv, menemukan bahwa dari 175 pasien COVID-19 di Cina, sekitar 30% (cenderung orang muda) memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah. Namun orang-orang ini dapat sembut dari COVID-19. Hal ini berarti bahwa tubuh membuat antibodi yang berbeda dari tes yang diambil yang berarti anda bisa kebal tetapi masih tes negatif.
Disisi lain orang mungkin telah mengembangkan antibodi tetapi mungkin antibodi tersebut tidak terlalu efektif untuk menetralkan virus. Intinya, jika anda membuat antibodi, Anda mungkin memeiliki beberapa jenis kekebalan, tetapi untuk berapa lamanya tidak ada yang tahu.
Saat ini banyak tes antibodi telah membanjiri pasar di seluruh dunia. Tetapi hasilnya bisa sulit untuk ditafsirkan karena kita tidak tahu seberapa dapat diandalkan keampuhannya. Sains membutuhkan waktu untuk melakukan sesuatu dengan benar.
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.
Note: only a member of this blog may post a comment.