PENYELAM TEMUKAN BANGKAI KAPAL SELAM USS GRENADIER DI SELAT MALAKA

Tidak ada nyawa yang hilang dalam tenggelamnya kapal selam USS Grenadier, Namun para awaknya dijadikan tawanan perang dan mengalami penyiksaan brutal oleh militer Jepang.
 
PENYELAM TEMUKAN BANGKAI KAPAL SELAM USS GRENADIER DI SELAT MALAKA
 Kapal Selam USS Grenadier
 
MahessaBlog | Para penyelam di Asia Tenggara berhasil menemukan bangkai kapal yang dianggap sebagai bangkai kapal Angkatan Laut AS yang tenggelam pada tahun 1943 setelah diserang oleh pesawat-pesawat Jepang.

Bangkai kapal selam yang bernama USS Grenadier ini ditemukan dalam sebuah pencarian di ujung Selat Malaka, antara Semenanjung Malaya dan Pulau Sumatera, Indonesia.

Menurut anggota tim penyelaman, Lance Horowitz, seorang Australia yang berbasis di Pulau Phuket, Thailand Selatan, Para penyelam merefensikan catatan militer dari tiga kapal selam yang tenggelam di daerah itu selama terjadinya Perang Dunia II dengan kemungkinan lokasi bangkai kapal yang dilaporkan oleh nelayan yang tersangkut jaring pada rintangan yang tenggelam.

Dengan menggunakan perahu, Tim menjelajahi area sekitar dengan peralatan sonar dan menemukan bangkai kapal pada Oktober tahun lalu pada kedalaman 85 meter. Setelah melakukan lima kali penyelaman, Horowitz dan timnya menetapkan bahwa bangkai kapal yang ditemukan sebagai kapal selam militer USS Grenadier dengan semua palka terbuka tergeletak di dasar laut.
 
Sejarah USS Grenadier
 
USS Grenadier adalah kapal selam Perang Dunia II milik Angkatan Laut AS yang tergabung dengan armada kapal selam Amerika di Samudra Pasifik setelah serangan Jepang di Pearl Harbor pada bulan Desember 1941.
 
Menurut Komando Sejarah dan Warisan Angkatan Laut AS, Kapal selam ini diharapkan dapat membantu mempertahankan Pulau Midway pada Juni 1942, salah satu pertempuran laut yang menentukan di Pasifik selama terjadinya Perang Dunia II dan kemudian berpatroli di pantai-pantai Asia Tenggara.
 
Pada 20 April 1943, Kapal selam USS Grenadier mencegat dua kapal kargo Jepang di dekat Phuket, Thailand dan berniat untuk menenggelamkannya. Tetapi kapal selam itu dapat ditemukan oleh pesawat-pesawat Jepang dan kemudian menenggelamkannya pada kedalaman 36 meter dengan menggunakan torpedo anti kapal selam. 
 
Menurut Kapten kapal selam USS Grenadier, Letnan Cmdr. John Fitzgerald, Kapal selam yang telah tertembak berusaha untuk dibawa kepantai terdekat sehingga awak kapal dapat melarikan diri ke daratan tetapi segera dapat ditemukan oleh kapal-kapal dan pesawat Jepang.
 
Setelah terjadinya pertempuran sengit dengan menggunakan senjata sub dipermukaan, Fitzgerald memerintahkan agar kapal selam USS Grenadier ditenggelamkan dengan membuka semua palka dan ventilasi agar kapal selam cepat tenggelam ke dasar laut dan hilang sampai tim penyelam menemukannya kembali tahun lalu.
 
Tahanan Perang
 
Namun dengan tenggelamnya kapal selam USS Grenadier ini bukanlah akhir cerita dari para kru kapal. Kapal-kapal Jepang kemudian menjemput 76 awak dan membawa mereka ke sekolah Katolik yang dikomandoi di dekata Penang, Malaysia untuk segera diinterogasi, dipukuli dan dibiarkan kelaparan.
 
Dalam buku "The Silent Service in World War II" (Casemate Publisher, 2012) salah satu pelaut Grenadier menuduh penculik Jepang menyiksa para kru dengan mematahkan jari mereka dan menusuknya dengan bayonet untuk membuat mereka dapat bicara.
 
Empat kru kapal selam USS Grenadier tewas dalam kamp tahanan dan sisanya tetap bertahan sampai berakhirnya perang di kamp-kamp penjara Jepang. Orang terakhir yang selamat dari kapal selam USS Grenadier meninggal pada tahun lalu, kata Horowitz. 
 
Bangkai Kapal Selam USS Grenadier kini menjadi surga bagi kehidupan bawah laut ditutupi dengan kerang dan ikan raksasa.
 
Pada akhirnya tim berharap untuk melakukan penyelaman lebih lanjut di bangkai kapal untuk kemudian mencari dua kapal selam Perang Dunia II lainnya yang tenggelam di wilayah ini yaitu kapal selam Inggris, HMS Stonehenge yang tenggelam pada tahun 1944 dan HMS Porpoise yang tenggelam pada tahun 1945 setelah di bom oleh pesawat Jepang.
 
"Kami akan menggunakan teknik serupa yang kami gunakan untuk menemukan kedua kapal selam tersebut. Dan semoga kita akan cukup beruntung, harap Horowitz lebih lanjut.
 
 
Editor : Rey Mahessa
Sumber: Live Science.com
 

Views
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah sesuai topik artikel. Komentar yang tidak relevan dengan topik artikel akan terhapus.

Note: only a member of this blog may post a comment.

Blog Archive

Bookmarking

Ikuti Facebook